Senin, 31 Oktober 2016

Cinta

          Sebelum ku tuliskan barisan kalimat yang berasal dari mata air jiwa mungkin ada baiknya sejenak ku sisipkan sebuah senyum dan tawa karna mulai pada baris lainnya aku tak akan lagi sempat, perlahan kedua mata ini akan memerah dan merapat laksana hujan dengan gelegar petir yang begitu gagah laksana ombak yang berubah pasang oleh angin yang terlihat marah.

          Metamorfosis keindahan, gurauan, canda menjadi tangis secepat kilat, langit yang biru berubah hitam bergaris sinis begitu tragis begitu sadis, sangatlah kejam terlihat tak adil saat mata hatiku mulai menghitam sulit untuk bersabar begitu sulit, rela dan ikhlas semua butiran sendu menyatu sesakan napas, hilanglah sudah angat yang mulya pergi menjauh makin  tersudut harapan megah perlahan runtuh aku terjatuh disaat candamu berubah semu dan aku terjatuh rindukan belai indah sosok dirimu .

          Biarkan ku simpan semua kenangan ini meski ku tenggelam dan tak kan terhapuskan tlah ku tuliskan dalam ingatan yang berbalut dengan kerinduan yang mendalam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar