Senin, 31 Oktober 2016

Cinta

          Aku yang mencinta dengan tulus masih bertahan, aku yang merindu dengan tulus masih katakan setiap kepingan sejarah yang telah kita lalui terdapat kasih tangis bahagia harum biru membumbui, tak peduli dera segar kini menjadi racu, ku tak peduli jika rasaku harus terbasuh embun karena di setiap rongga jiwa ini ada keyakinan dan aku bernapas dengan alam yang berbaur dengan kehampaan meski terkadang lelah gumpalan.

          Hasrat terpecah belah neski terkadang terlintas untuk ku sudahi ini semua namun genggaman tangan mu masih membekas semua tentangmu masih izinkan aku untuk berjuang keras besarnya guruh hujan dingin menusuk tetap ku terjang perihnya celoteh sang pengekur aku tetap membangkang banyaknya alasan untuk aku pergi meninggalkanmu tak sebanyak putaran tasbih ketika aku mendo'a kan mu.

Cinta

          Sebelum ku tuliskan barisan kalimat yang berasal dari mata air jiwa mungkin ada baiknya sejenak ku sisipkan sebuah senyum dan tawa karna mulai pada baris lainnya aku tak akan lagi sempat, perlahan kedua mata ini akan memerah dan merapat laksana hujan dengan gelegar petir yang begitu gagah laksana ombak yang berubah pasang oleh angin yang terlihat marah.

          Metamorfosis keindahan, gurauan, canda menjadi tangis secepat kilat, langit yang biru berubah hitam bergaris sinis begitu tragis begitu sadis, sangatlah kejam terlihat tak adil saat mata hatiku mulai menghitam sulit untuk bersabar begitu sulit, rela dan ikhlas semua butiran sendu menyatu sesakan napas, hilanglah sudah angat yang mulya pergi menjauh makin  tersudut harapan megah perlahan runtuh aku terjatuh disaat candamu berubah semu dan aku terjatuh rindukan belai indah sosok dirimu .

          Biarkan ku simpan semua kenangan ini meski ku tenggelam dan tak kan terhapuskan tlah ku tuliskan dalam ingatan yang berbalut dengan kerinduan yang mendalam.